Alkisah, diceritan sepasang suami istri baru saja pulang dari pasar setelah berbelanja barang-barang keperluan rumah.
Tanpa disadari, seeokor tikus diam-diam memperhatikan pasangan suami istri yang sedang membuka barang-barang belajaan mereka tersebut. Si tikus bergumam dalam hatinya.
“Hm... pasti mereka telah membeli banyak makanan dari pasar.”
Benar saja, selain barang-barang keperluan rumah tangga pasangan suami istri tersebut juga membeli banyak makanan. Namun, ketika mereka mengeluarkan barang belanjaan terakhir dari dalam bungkusan, si Tikus kaget bukan kepalang. Suami istri tersebut juga membeli sebuah Perangkap Tikus.
Si tikus kecil itupun lari terbirit-birit sambil berteriak-teriak.
“Teman-teman, sekarang di rumah ini ada perangkap tikus... Awas ada perangkap tikus...”
Si tikus kemudian berlari keluar rumah dan bertemu dengan seekor ayam, ia berkata “Di rumah ini sekarang ada perangkap tikus...”
“Aku turut prihatin tuan Tikus, tapi mohon maaf, perangkap tikus itu sama sekali tidak berpengaruh apapun bagiku.”
Si tikus kembali berteriak-teriak dan berlari ke tempat lain, di tempat itu ia bertemu dengan seekor kambing.
Sang kambing berkata, “Aku turut bersimpati... tapi mohon maaf, tidak ada yang bisa aku lakukan. Dan ini semua tidak ada kaitannya denganku”
Si tikus kemudian menemui seekor Sapi. Namun sayangnya, ia tetap mendapat jawaban yang sama. Bahkan sang sapi berkata bahwa perangkap tikus yang kecil itu tidak akan bisa mencelakakannya.
Tikus kecil itu tetap saja berteriak-teriak. Diatas sebuah pohon, seekor ular yang sedang tidur terbangun mendengar teriakan tikus itu. Dalam hatinya si ular berkata,
“Rasakan kau tikus kecil. Perangkap itu sama sekali tidak akan bisa membunuhku.”
Akhirnya si tikus kecil malang itu kembali ke rumah denagn perasaan takut dan pasrah akan apa yang menimpa dirinya kelak.
Pada malam harinya, tepat tengah malam, pasang suami istri pemilik rumah itu terbangun karena mendengar sura keras dari dapur rumah mereka. Suara keras tersebut rupanya dari perangkap tikus yang menandakan bahwa perangkap tersebut telah memakan korban.
Ketika mereka berdua pergi ke dapur untuk melihat perangkap tikus tersebut, ternyata bukan tikus yang terperangkap. Namun sekor ular berbisa yang terjepit ekornya pada perangkap tikus.
Ekor ular yang terjepit di perangkap tersebut, membuatnya semakin ganas. Ketika si suami sedang berusaha untuk menangkapnya, tiba-tiba si ular menyerang. Sang istri yang tidak dapat menghindar rupanya tergigit oleh ular yang tadi siang tertidur di atas pohon itu. Setelah ular itu tertangkap sang suami kemudian membunuhnya.
Keesokan harinya sang istri dibawa kerumah sakit. Namun, untungnya ia bisa langsung pulang. Namun setelah beberapa hari, sang istri masih saja belum sembuh dan masih merasa demam. Seorang teman menyaranakan sang suami tersebut untuk memasak ceker ayam dan hati kambing agar dapat menurunkan demam dan menyembuhkan sang istri. Ia lalu menyembelih ayam dan kambing yang dulu pernah ditemui oleh si tikus kecil.
Setelah beberapa lama tidak sembuh, akhirnyasang istri meninggal. Banyak tamu yang melayat, sehingga sang suami harus menyembelih sapi untuk memberi makan orang-orang yang melayat.
Dari kejauhan, Si tikus melihat dan memperhatikan peristiwa itu dengan perasaan sedihan. Setelah berbagi peristiwa yang terjadi pada keluarga tersebut, akhirnya sang suami sudah tidak lagi menggunakan perangkap tikus.
Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil sebagai bahan renungan dari cerita di atas. Dan ini adalah salah satunya. “Jika suatu saat nanti ada seseorang dalam kesulitan dan mengira itu bukan urusan kita, maka anda harus berfikir sekali lagi.”
Perangkap tikus yang seharusnya membunuh si tikus, justru malah menghilangkan nyawa dari teman-temannya yang menganggap bahwa perangkap tikus itu bukan urusan mereka.