Apa
anda pernah mendengar situs jaringan pertemanan Friendster? Konon,
melalui situs tersebut, banyak orang-orang yang lama tak bersua, bisa
kembali bersatu, reunian, dan bahkan berjodoh. Karena itulah, situs
pertemanan itu beberapa waktu lalu sempat sangat popular. Karena itu,
tak heran jika setelah era suksesnya Friendster, berbagai situs jaringan
pertemanan bermunculan. Salah satunya adalah Facebook.
Facebook
ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas pada
kalangan kampus pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa Harvard
University tersebut -kala itu- mencoba membuat satu program yang bisa
menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang
digagas oleh Mark adalah Facebook. Nama ini ia ambil dari buku
Facebook, yaitu buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam
satu kampus. Pada sejumlah college dan sekolah preparatory di Amerika
Serikat, buku ini diberikan kepada mahasiswa atau staf fakultas yang
baru agar bisa lebih mengenal orang lain di kampus bersangkutan.
Pada
sekitar tahun 2004, Mark yang memang hobi mengotak-atik program
pembuatan website berhasil menulis kode orisinal Facebook dari kamar
asramanya. Untuk membuat situs ini, ia hanya butuh waktu sekitar dua
mingguan. Pria kelahiran Mei 1984 itu lantas mengumumkan situsnya dan
menarik rekan-rekannya untuk bergabung. Hanya dalam jangka waktu relatif
singkat -sekitar dua minggu- Facebook telah mampu menjaring dua per
tiga lebih mahasiswa Harvard sebagai anggota tetap.
Mendapati
Facebook mampu menjadi magnet yang kuat untuk menarik banyak orang
bergabung, ia memutuskan mengikuti jejak seniornya -Bill Gates- memilih
drop out untuk menyeriusi situsnya itu. Bersama tiga rekannya -andre
McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes- Mark kemudian membuka
keanggotaan Facebook untuk umum.
Mark
ternyata tak sekadar nekad. Ia punya banyak alasan untuk lebih memilih
menyeriusi Facebook. Mark dan rekannya berhasil membuat Facebook jadi
situs jaringan pertemanan yang segera melambungkan namanya, mengikuti
tren Friendster yang juga berkembang kala itu. Namun, agar punya nilai
lebih, Mark pun mengolah Facebook dengan berbagai fitur tambahan. Dan,
sepertinya kelebihan fitur inilah yang membuat Facebook makin digemari.
Bayangkan, Ada ratusan ribu aplikasi yang terbagi dalam 22 kategori yang
bisa dipakai untuk menyemarakkan halaman Facebook, mulai chat, game,
pesan instan, sampai urusan politik dan berbagai hal lainnya. Hebatnya
lagi, sifat keanggotaan situs ini sangat terbuka. Jadi, data yang dibuat
tiap orang lebih jelas dibandingkan situs pertemanan lainnya. Hal ini
yang membuat orang makin nyaman dengan Facebook untuk mencari teman,
baik yang sudah dikenal ataupun mencari kenalan baru di berbagai belahan
dunia.
Sejak
kemunculan Facebook tahun 2004 silam, anggota terus berkembang pesat.
Prosentase kenaikannya melebihi seniornya, Friendster.
Dengan
berbagai keunggulan dan jumlah peminat yang luar biasa, Facebook
menjadi ‘barang dagangan' yang sangat laku. Tak heran, raksasa software
microsoft pun tertarik meminangnya. Dan konon untuk memiliki saham hanya
1,6 persen saja, microsoft harus mengeluarkan dana tak kurang dari US$
240 juta. Ini berarti nilai kapitalisasi saham Facebook bisa mencapai
US$15 miliar! Tak heran, Mark kemudian dinobatkan sebagai miliarder
termuda dalam sejarah yang memulai dari keringatnya sendiri.
Niat
Mark Zuckerberg untuk sekadar ‘menyatukan' komunitas kampusnya dalam
sebuah jaringan ternyata berdampak besar. Hal ini telah mengantar pria
yang baru berusia 25 tahunan ini menjadi miliarder termuda dalam
sejarah. Sungguh, kejelian melihat peluang dan niatan baiknya ternyata
mampu digabungkan menjadi sebuah nilai tambah yang luar biasa. Ini
menjadi contoh bagi kita, bahwa niat baik ditambah perjuangan dan
ketekunan dalam menggarap peluang akan melahirkan kesempatan yang dapat
mengubah hidup semakin bermakna.